Lexton Indonesia
  • Beranda
  • Nasional
  • Regulasi
  • Opini
  • Migas
  • Minerba
  • Listrik
  • Energi Terbarukan
  • Alat Penunjang
  • TranslateEN/CH/AR
    • Bahasa Indonesia
    • English
    • China (Simplified)
    • Arabic
No Result
View All Result
Lexton Indonesia
No Result
View All Result
Home Opini

Mengapa Corona Pandemi Terakhir dalam Sejarah Manusia?

Lextonindonesia by Lextonindonesia
April 9, 2020
in Opini
0
0
SHARES
74
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Steve Sudjatmiko

Jakarta, LEXTONINDONESIA.com – Dalam sejarah manusia, kejadian yang membunuh manusia terbanyak terjadi pada tahun 1939 – 1945, yaitu saat perang Dunia Kedua. Sebayak 75-80 juta orang tewas, sekitar 4% dari jumlah penduduk dunia saat itu yang jumlahnya ekitar 2 miliar. Jumlah itu empat kali lipat korban perang Dunia Pertama (20 juta orang) yang terjadi 25 tahun sebelumnya.

Namun dalam membunuh manusia Perang Dunia bersaing dengan Black Death. Black Death adalah julukan penyakit pes yang ditularkan oleh kutu yang hidup di tubuh tikus. Hari ini, obatnya adalah antibiotik. Zaman itu, sekitar 700 tahun yang lalu, tidak ada obatnya. Dalam 6 tahun mulai tahun 1347 – 1353, Black Death membunuh hampir 200 juta orang di seluruh dunia. 50 juta di antaranya di Eropa yang total penduduknya saat itu hanya 150 juta.

Kalau Black Death menang dalam jumlah total, maka pembunuh massal yang bahkan lebih ganas adalah Flu Spanyol yang berlangsung hanya setahun, yaitu dari tahun 1918 saat PD I berakhir. Total korban yang meninggal adalah 50 juta orang. Dari 50 juta itu, 25 juta meninggal dalam 25 minggu pertama. Artinya, sekitar 1 juta tiap minggu.

Dari masa lalu, para sejarawan melihat bahwa epidemi terjadi 3 kali setiap abad walaupun tanpa pola yang jelas. Sebagian besar epidemi dalam sejarah manusia disebabkan oleh bakteri yang menyebar lewat kutu yang hidup pada binatang lain. Karena bakteri adalah mahluk hidup, hampir semua epidemi merebak di musim panas.

Hal ini berbeda dengan virus yang bukan makhluk hidup. Virus hanyalah sel berisi bahan genetik dengan dinding protein. Ketika hawa panas menyentuh virus, dinding protein ini leleh dan riwayat sel virus pun berakhir. Sebab itulah epidemi yang disebabkan oleh virus biasanya mengalami perlambatan ketika menghadapi hawa panas baik alamiah maupun buatan.

Di negara panas seperti Afrika atau negara tropis misalnya, penyebaran virus jauh lebih lambat dibandingkan di negara dingin seperti Eropa atau Amerika.

Dulu Itu

Di masa Black Death kecepatan matinya pasien membuat orang sangat sibuk merawat dan mengubur keluarga mereka. Black Death begitu cepat membunuh orang sehingga dikatakan bahwa “sakit pagi, mati sore. Sakit sore, mati pagi.” Seluruh keluarga yang tadinya bekerja bersama-sama mendadak berkurang sepertiga atau separuh sehingga banyak sekali pekerjaan yang tidak dapat dikerjakan lagi.

Karena kematian yang begitu besar dan cepat, epidemi saat itu dianggap hukuman dari Tuhan. Yang masih hidup berusaha merawat yang sakit sambil berdoa penuh ketakutan menunggu kematiannya sendiri.

Tidak jarang 80-90% penduduk seluruh desa meninggal dalam waktu singkat sehingga seluruh desa penuh dengan mayat berserakan yang tak sempat dikubur. Para pendatang yang melewati daerah itu kemudian tanpa sengaja menyebarkan penyakit itu ke tempat tujuan mereka.

Hari Ini

Kelebihan kita hari ini berlipat lipat kali dari nasib nenek moyang kita saat itu. Kita tahu bahwa penyakit menular bukan disebabkan Tuhan yang marah tetapi karena ada “mahluk” yang menyebarkannya. Kita punya seribu satu macam obat untuk mengalahkan mereka. Dan kita bisa membuat yang baru dengan cepat. Dan yang terpenting, kita tahu bagaimana mencegah penyakit ini berkembang cepat.

Apakah Anda memperhatikan bahwa tidak ada satupun pemimpin dunia yang mengatakan bahwa umat manusia akan punah oleh flu Corona? Adakah pemimpin yang mengatakan bahwa kita tidak akan bebas dari pandemi ini? Adakah pemimpin yang ragu bahwa kita akan menang? Tidak.

Kita bagai pasukan besar tentara profesional yang menghadapi sekelompok kecil tikus liar. Walau kita terganggu pada awalnya, tetapi kita tahu pasti bahwa kita akan menumpas mereka. Kita sudah menang bahkan sebelum kita berperang.

Kita tahu kita akan dapat mengalahkan epidemi apapun karena kita sudah mengenal sifat virus dan makro organisme lain. TInggal tunggu waktu saja. Apalagi kini kita sudah mulai menciptakan senjata pamungkas yang bahkan lebih hebat dari manusia: Artificial Intelligence.

AI Versus Corona

Ketika Wuhan diserang wabah, beberapa pakar AI di China seketika bersiap. Setiap kasus yang dialami dijadikan data untuk dimasukkan ke dalam mesin AI.

Pemerintah China juga menggunakan berbagai sistim AI seperti SenseTime dan HealthCode untuk mendeteksi para carrier yang tidak sadar bahwa mereka adalah Carrier. Perusahaan AI MegVii mendeteksi temperatur orang bukan dalam jarak dekat tetapi bermeter-meter jauhnya sambil memonitor apakah suhu tubuh orang itu akan turun atau tidak.

Perusahaan AI Interfision membantu para profesional kesehatan China dengan mendeteksi dan memonitor adanya Corona virus dalam tubuh seseorang yang merasa tidak enak badan. Alibaba melakukan hal yang sama untuk mendiagnosa Corona dengan ketepatan di atas 95%.

Perusahaan Blue Ocean Robotics mensupply makanan pada RS di Wuhan untuk pasien dan pekerjanya dengan memastikan setiap makanan di RS bersih dari virus itu lewat sinar UV.

Tapi masih ada yang lebih hebat lagi. Hanya dalam hitungan mingguan sejak pecahnya wabah di Wuhan, Akademi Damo milik Alibaba telah berhasil memecahkan kode genome dari Corona Virus. Kini TenCen, HuaWei, dan DiDi dari China serta DeepMind dari Google, Sonovia dari Israel dan BenevolentAI dari Inggris berlomba-lomba untuk menemukan vaksin secepat mungkin.

Sementara Anda membaca tulisan ini, berbagai mesin AI di seluruh dunia sedang meneliti jutaan laporan bukan hanya tentang corona tetapi juga semua virus flu lainnya. Tidak ada keraguan lagi bahwa pada minggu-minggu ini kita akan menemukan vaksin bagi Corona. Tidak ada keraguan lagi bahwa dalam beberapa tahun ini kita akan menemukan pola dari semua wabah flu yang pernah terjadi.

Lalu apa? Lalu dengan visualAI di seluruh dunia kita akan dapat mendeteksi wabah sebelum terjadi. Mungkin wabah kecil-kecilan masih akan terjadi, tetapi kemungkinan besar Corona adalah pandemi terakhir dari sejarah manusia.[]

Steve Sudjatmiko adalah Pengamat AI (Artificial Intelligence). Sumber: tagar.id

Previous Post

Cadangan Devisa Maret Anjlok US$ 9,4 M Jadi US$ 120 M

Next Post

Proyek Pengembangan Gas Jawa di Blora Terbakar

Lextonindonesia

Lextonindonesia

Related Posts

Indonesia Bangkit Menuju Pemulihan Ekonomi

by Lextonindonesia
November 6, 2020
0

Jakarta, LEXTONINDONESIA.com - Indonesia telah berhasil melewati titik terendah (rock bottom) dalam perekonomiannya. Hal ini tergambar dari angka pertumbuhan ekonomi...

Read more

Pagebluk, Ronda Malam dan Gegar Budaya Baru

by Lextonindonesia
May 7, 2020
0

Oleh Mering Ngo(Praktisi Antropologi. Pensiunan) Bogor, LEXTON Indonesia - Suaeb, pengemudi Ojol, dan keluarga sejak awal Ramadhan berbuka puasa seadanya:...

Read more

Pembiayaan Penanganan COVID-19 dan Partisipasi Publik

by Lextonindonesia
May 6, 2020
0

Jakarta, LEXTON Indonesia - Pandemi COVID-19 secara pelan namun pasti telah memperlambat laju perekonomian di seluruh dunia. The Economist Intelligence...

Read more

Mudik dan Pulang Kampung Boleh, PSBB Ambyaaarrrr!

by Lextonindonesia
May 6, 2020
0

Oleh Hersubeno Arief Jakarta, LEXTON Indonesia - Kalau ada lomba dan pemilihan pemerintah mana yang paling percaya diri (pede) menghadapi...

Read more

Kompleksitas Penanganan Covid-19

Kompleksitas Penanganan Covid-19
by Lextonindonesia
May 5, 2020
0

Oleh Aldi M. Alizar dan Yusdi Usman Jakarta, LEXTONIndonesia.com - Covid-19 bukanlah masalah biasa. Ia merupakan masalah global yang dihadapi...

Read more

Perekonomian Indonesia di Tengah Wabah Covid 19

by Lextonindonesia
April 27, 2020
0

Oleh ND Fauziah Jakarta, LEXTONINDONESIA.com - Dampak langsung pandemi Virus Corona atau disebut juga dengan COVID-19 telah dapat dirasakan secara...

Read more
Next Post
Proyek Pengembangan Gas Jawa di Blora Terbakar

Proyek Pengembangan Gas Jawa di Blora Terbakar

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#Hashtag

Aneka Tambang Antam Barata Distribusi LPG EBT EBTKE Emas Emas Batangan Energi Terbarukan ESDM Gas Bumi Gas LPG Harga Emas Harga LPG HEV IbuKota Ibukota Baru Ibukota Pindah IKN Kendaraan Hibrida KKKS Kontraktor ESDM Krakatau Steel Listrik LPG Pertamina PLN RDMP SKK Migas Subsidi TKDN Toyota Kendaraan Listrik Toyota Listrik Toyota Lomitmen
  • Trending
  • Comments
  • Latest

Jakarta Lockdown Please

April 4, 2020

Partisipasi Publik dalam Penanganan Covid-19

April 2, 2020
Proyek Pengembangan Gas Jawa di Blora Terbakar

Proyek Pengembangan Gas Jawa di Blora Terbakar

April 9, 2020

Mengapa Corona Pandemi Terakhir dalam Sejarah Manusia?

April 9, 2020

Vaksin Sinovac Disimpan di Bio Farma Bandung

0

Transisi EBT Perlu Inklusif

0

Target Energi Terbarukan Perlu Terobosan Investasi

0

Menteri ESDM Minta PLN Proaktif Serap Pasar dari Kalangan Badan Usaha

0

Vaksin Sinovac Disimpan di Bio Farma Bandung

December 7, 2020

Perkuat Listrik Jawa-Bali, PLN Operasikan GITET 500 kV Pemalang-Batang Extention

November 28, 2020

Indonesia Perlu Eksplorasi Migas Secara Masif

November 17, 2020

Arutmin Dapatkan Perpanjangan Operasi Hingga 2030

November 17, 2020

Alamat Redaksi

PT. Mahawira Inti Persada

Jln. Jend. Sudirman Kav 52-53 SCBD,
Office 8, Floor 18-A,
South Jakarta 12190.

+62 21 29601523
www.lextonindonesia.com
redaksi@lextonindonesia.com

Tentang Kami

LEXTON INDONESIA merupakan portal berita independen di bawah naungan Mahawira Holding yang berkedudukan di Jakarta. Hadir menyajikan berita terkini, untuk menambah referensi bagi masyarakat Indonesia khususnya di sektor energi, politik, dan ekonomi.

LEXTON INDONESIA berupaya menjaga keakuratan data sesuai fakta di tengah cepatnya arus informasi, sebagai bagian dari tujuan mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. Kami ingin memberi andil kepada masyarakat agar terbiasa menerima informasi yang jelas dan bernas.

Dikelola oleh PT Mahawira Inti Persada, surat kabar online ini juga terbit dalam bentuk majalah yang terbit setiap dua bulan sekali, berisi laporan mendalam tentang politik, ekonomi, dan energi Digawangi oleh beberapa jurnalis senior,

LEXTON INDONESIA melaksanakan tugas sesuai Kode Etik Wartawan Indonesia dan dengan asas-asas jurnalistik yang baik dan benar.

Susunan Redaksi

Pemimpin Umum
Meidia Pratama

Pemimpin Perusahaan
I Made Aria Bagus Permana

Pemimpin Redaksi
Sri Widodo Soetardjowijono

Dewan Pakar
Faisal Basri, Nur Imam Subono, Donnie Edwin

Dewan Redaksi
Sri Widodo Soetardjowijono, Meidia Pratama, I Made Aria Bagus Permana, Dudi I. Sukendar, Aldi Muhammad Alizar, Sonny Sukada, Aditya Gana.

Staf Redaksi
Dony Handoko, Tantri Kusumawati, Suryantoro, Sofyansyah.

Account Executive
Susy Aryanti

Sekretaris Redaksi
Tasya Chaerunissa


“Dalam menjalankan tugas wartawan Lexton Indonesia dilindungi UU Pers No. 40 tahun 1999 dan berpedoman pada Kode Etik Jurnalistik.”

  • ID
  • EN
  • CN
  • AR

© 2020 Lexton Indonesia - All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Nasional
  • Regulasi
  • Opini
  • Migas
  • Minerba
  • Listrik
  • Energi Terbarukan
  • Alat Penunjang
  • Translate
    • Bahasa Indonesia
    • English
    • China (Simplified)
    • Arabic

© 2020 Lexton Indonesia - All Rights Reserved

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In